Senin, 30 Januari 2017

KRITIK NORMATIF MASJID ISTIQLAL JAKARTA

KRITIK NORMATIF MASJID ISTIQLAL JAKARTA
KRITIK NORMATIF
Kritik normatif adalah mengkritisi sesuatu baik abstrak maupun konkrit sesuai dengan norma,aturan,ketentuan yang ada.
Hakikat kritik normatif:
a.     Adanya keyakinan (conviction) bahwa di lingkungan dunia manapun, bangunan dan wilayah perkotaan selalu dibangun melalui suatu model, pola, standard atau sandaran sebagai sebuah prinsip.
b.     Melalui suatu prinsip, keberhasilan kualitas lingkungan buatan dapat dinilai
c.     Suatu norma tidak saja berupa standard fisik yang dapat dikuantifikasi tetapi juga non fisik yang kualitatif.
d.     Norma juga berupa sesuatu yang tidak konkrit dan bersifat umum dan hampir tidak ada kaitannya dengan bangunan sebagai sebuah benda konstruksi.

Kritik normatif perlu dibedakan dalam 4 metode, antara lain:
1.      Metoda Doktrin ( satu norma yang bersifat general, pernyataan prinsip yang tak terukur)
2.      Metoda Sistemik ( suatu norma penyusunan elemen-elemen yang saling berkaitan untuk satu tujuan)
3.      Metoda Tipikal ( suatu norma yang didasarkan pada model yang digeneralisasi untuk satu kategori bangunan spesifik)
4.      Metoda Terukur ( sekumpulan dugaan yang mampu mendefinisikan bangunan dengan baik secara kuantitatif)
Dalam pembahasan ini akan menjelaskan salah satu kritik arsitektur dengan pendekatan kritik normatifberdasarkan metoda Tipikal. Metoda tipikal adalah suatu norma yang didasarkan pada model yang digeneralisasi untuk satu kategori bangunan spesifik. 


Masjid Istiqlal yang dibangun oleh arsitek F. Silaban ini, sempat menjadi Masjid terluas di Asia Tenggara. Sebelum memasuki bangunan utama, Masjid ini juga memiliki plaza yang luas dan dapat menjadi tempat sholat bagi jamaah di ruang terbuka. Masjid ini memiliki kubah setengah bola dengan diameter 45 meter yang ditopang dengan kolom - kolom besar. Ruang sholat utama di kelilingi dengan tujuh lantai mezzanin.Terdapat tulisan kaligrafi ALLAH dan MUHAMMAD dari bahan material stainless stell yang di tempel pada dinding.
dan terdapat mimbar penceramah pada lantai dua. Fisik luar bangunan terlihat dengan unsur linear kolom kolom bangunan.

Tetapi Masjid ini tidak terdapat unsur lengkung pada ornamen Masjid pada umumnya, atau seperti desain Masjid di Timur Tengah. Masjid ini juga memiliki ruang wudhu untuk para jamaah. Material stainless steel masih menjadi material utama pada ornamen ruangan berwudhu. Material batu marmer juga menjadi dominan pada dinding dan lantai Masjid.


Pencahayaan Masjid di dalam ruangan masih mengutamakan pada penerangan lampu. Pencahayaan alami sangat kurang di dapat pada ruang utama sholat dikarenakan kisi - kisi di desain terlalu rapat sehingga bukaan terasa kurang. Material pada kisi - kisi juga menggunakan material stainless steel. Dengan ceiling yang tinggi kita tidak akan merasa kekurangan udara di dalamnya. Adanya kipas angin juga membantu penghawaan di dalam ruangan. Secara tipologi, Masjid ini juga memiliki persamaan dengan Masjid lainnya, yaitu memiliki kubah Masjid, berbentang lebar, memiliki mezzanin untuk menampung jamaah secara vertikal, dan pola sirkulasi linear. Jadi Masjid Istiqlal masih sesuai dengan Masjid - Masjid pada umumnya.

Sumber : difonew.blogspot.com
               rezzzardi.blogspot.co.id