Arsitek dan lingkungan sangat memiliki keterikatan yang tinggi.Definisi arsitektur sebenarnya sangatlah luas. Definisi arsitektur pun hingga saat ini masih sering diperdebatkan. Tetapi dalam rangka pengembangan peta jalan pengembangan industri arsitektur ini, maka arsitektur didefinisikan sebagai wujud hasil penerapan pengetahuan, ilmu, teknologi, dan seni secara utuh dalam menggubah ruang dan lingkungan binaan, sebagai bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia, sehingga dapat menyatu dengan keseluruhan lingkungan ruang dari tingkat makro sampai dengan tingkat mikro.
Sampah adalah salah satu permasalahan utama yang terjadi di lingkungan kita, karena memang secara langsung bahwa lingkungan juga menghasilkan sampah, baik itu lingkungan liar ataupun lingkungan yang terkelola, namun berbeda – beda pula jeneis sampah yang di hasilkan.Di dalam Eko Arsitektur sampah adalah suatu attensi yang penting di dalam menciptakan suatu hunian atau kawasan yang Ekologis, Karena Suatu hunian tidak dapat di katakana Ekologis jika sampah tidak terkelola dengan baik, ada beberapa pengaruh negatif yang di hasilkan sampah terhadap hunian yang Ekologis, yaitu:
Ø Menyebabkan lingkungan hunian menjadi kotor dan dapat menimbulkan penyakit dan pencemaran lingkungan
Ø Hilangnya nilai – nilai Estetika dan kenyamanan
Ø Menimbulkan Kerusakan terhadap fisik bangunan
Ø Dan pengaruh – pengaruh negatif lainnya
Untuk mengantisipasi hal – hal negatif di atas perlu di lakukan pengelolaan secara berkelanjutan, sehinga sampah – sampah tersebut dapat terkontrol dan bisa saja dapat termanfaatkan dengan baik, dengan cara Daur ulang, Pengkomposan, pengurukan, dan beberapa prinsip yang bias di terapakn di dalam lingkungan keseharian dengan sistem 4R, yaitu,:
a. Reduce (Mengurangi); sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.
b. Reuse (Memakai kembali); sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah.
c. Recycle (Mendaur ulang); sebisa mungkin, barang-barang yg sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.
d. Replace ( Mengganti); teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang barang yang hanya bisa dipakai sekalai dengan barang yang lebih tahan lama. Juga telitilah agar kita hanya memakai barang-barang yang lebih ramah lingkungan, Misalnya, ganti kantong keresek kita dengan keranjang bila berbelanja, dan jangan pergunakan styrofoam karena kedua bahan ini tidak bisa didegradasi secara alami.
Ø Hilangnya nilai – nilai Estetika dan kenyamanan
Ø Menimbulkan Kerusakan terhadap fisik bangunan
Ø Dan pengaruh – pengaruh negatif lainnya
Untuk mengantisipasi hal – hal negatif di atas perlu di lakukan pengelolaan secara berkelanjutan, sehinga sampah – sampah tersebut dapat terkontrol dan bisa saja dapat termanfaatkan dengan baik, dengan cara Daur ulang, Pengkomposan, pengurukan, dan beberapa prinsip yang bias di terapakn di dalam lingkungan keseharian dengan sistem 4R, yaitu,:
a. Reduce (Mengurangi); sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.
b. Reuse (Memakai kembali); sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah.
c. Recycle (Mendaur ulang); sebisa mungkin, barang-barang yg sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.
d. Replace ( Mengganti); teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang barang yang hanya bisa dipakai sekalai dengan barang yang lebih tahan lama. Juga telitilah agar kita hanya memakai barang-barang yang lebih ramah lingkungan, Misalnya, ganti kantong keresek kita dengan keranjang bila berbelanja, dan jangan pergunakan styrofoam karena kedua bahan ini tidak bisa didegradasi secara alami.
SUMBER : http://ridozah.wordpress.com/2012/11/05/arsitektur-sadar-lingkungan/