KRITIK NORMATIF MASJID ISTIQLAL JAKARTA
KRITIK NORMATIF
Kritik normatif adalah mengkritisi sesuatu baik abstrak maupun konkrit
sesuai dengan norma,aturan,ketentuan yang ada.
Hakikat kritik normatif:
a. Adanya keyakinan (conviction) bahwa di
lingkungan dunia manapun, bangunan dan wilayah perkotaan selalu dibangun
melalui suatu model, pola, standard atau sandaran sebagai sebuah prinsip.
b. Melalui suatu prinsip, keberhasilan
kualitas lingkungan buatan dapat dinilai
c. Suatu norma tidak saja berupa standard
fisik yang dapat dikuantifikasi tetapi juga non fisik yang kualitatif.
d. Norma juga berupa sesuatu yang tidak
konkrit dan bersifat umum dan hampir tidak ada kaitannya dengan bangunan
sebagai sebuah benda konstruksi.
Kritik normatif perlu dibedakan dalam 4 metode, antara lain:
1. Metoda Doktrin ( satu norma yang
bersifat general, pernyataan prinsip yang tak terukur)
2. Metoda Sistemik ( suatu norma
penyusunan elemen-elemen yang saling berkaitan untuk satu tujuan)
3. Metoda Tipikal ( suatu norma yang
didasarkan pada model yang digeneralisasi untuk satu kategori bangunan
spesifik)
4. Metoda Terukur ( sekumpulan dugaan
yang mampu mendefinisikan bangunan dengan baik secara kuantitatif)
Dalam pembahasan ini akan menjelaskan salah satu kritik arsitektur dengan
pendekatan kritik normatifberdasarkan metoda Tipikal. Metoda tipikal adalah
suatu norma yang didasarkan pada model yang digeneralisasi untuk satu kategori
bangunan spesifik.
Masjid Istiqlal yang dibangun oleh arsitek F. Silaban ini, sempat menjadi Masjid
terluas di Asia Tenggara. Sebelum memasuki bangunan utama, Masjid ini juga
memiliki plaza yang luas dan dapat menjadi tempat sholat bagi jamaah di ruang
terbuka. Masjid ini memiliki kubah setengah bola dengan diameter 45 meter yang
ditopang dengan kolom - kolom besar. Ruang sholat utama di kelilingi dengan tujuh
lantai mezzanin.Terdapat tulisan kaligrafi ALLAH dan MUHAMMAD dari bahan
material stainless stell yang di tempel pada dinding.
dan terdapat mimbar penceramah pada lantai dua. Fisik luar bangunan terlihat dengan unsur linear kolom kolom bangunan.
dan terdapat mimbar penceramah pada lantai dua. Fisik luar bangunan terlihat dengan unsur linear kolom kolom bangunan.
Tetapi Masjid ini tidak terdapat unsur lengkung pada ornamen Masjid pada umumnya, atau seperti desain Masjid di Timur Tengah. Masjid ini juga memiliki ruang wudhu untuk para jamaah. Material stainless steel masih menjadi material utama pada ornamen ruangan berwudhu. Material batu marmer juga menjadi dominan pada dinding dan lantai Masjid.
Pencahayaan Masjid di dalam ruangan masih mengutamakan pada penerangan lampu. Pencahayaan alami sangat kurang di dapat pada ruang utama sholat dikarenakan kisi - kisi di desain terlalu rapat sehingga bukaan terasa kurang. Material pada kisi - kisi juga menggunakan material stainless steel. Dengan ceiling yang tinggi kita tidak akan merasa kekurangan udara di dalamnya. Adanya kipas angin juga membantu penghawaan di dalam ruangan. Secara tipologi, Masjid ini juga memiliki persamaan dengan Masjid lainnya, yaitu memiliki kubah Masjid, berbentang lebar, memiliki mezzanin untuk menampung jamaah secara vertikal, dan pola sirkulasi linear. Jadi Masjid Istiqlal masih sesuai dengan Masjid - Masjid pada umumnya.
Sumber : difonew.blogspot.com
rezzzardi.blogspot.co.id